Wahabi Penghancur Peradaban Islam
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ ذَكَرَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي
شَأْمِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَفِي نَجْدِنَا قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَأْمِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ
لَنَا فِي يَمَنِنَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَفِي نَجْدِنَا فَأَظُنُّهُ
قَالَ فِي الثَّالِثَةِ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ
الشَّيْطَانِ رواه البخاري، والترمذي، وأحمد وابن حبان في صحيحه
Daripada Abdullah Ibn Umar r.a., beliau berkata:
Rasulullah SAW menyebut: Ya Allah! Berkatilah kami pada Yaman kami dan
berkatilah kami Ya Allah! pada Syam kami.Maka sebahagian sahabat berkata: Dan
pada Najd kami Ya Rasulallah! Rasulullah pun bersabda: Ya Allah! Berkatilah
kami pada Yaman kami dan berkatilah kami Ya Allah! pada Syam kami.Maka
sebahagian sahabat berkata: Dan pada Najd kami Ya Rasulallah!Dan aku menyangka
(seingat aku) pada kali ketiga Rasulullah SAW bersabda: Di sanalah berlakunya
gegaran-gegaran, fitnah-fitnah dan di sanalah terbitnya tanduk Syaitan.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Imam al-Tirmidzi,
Imam Ahmad, Imam Ibnu Hibban dan lain-lain.
Najd adalah Najad, Iraq adalah Iraq
Inilah berita sedih dan memprihatinkan bagi
peradaban Islam dan sejarah peradaban umat manusia secara umum. Pemerintahan
Wahabi Arab Saudi telah menghancurkan ratusan situs/tempat sejarah Islam yang
telah berusia 14 abad. Semua ini dilakukan semata-mata demi uang dan
modernisasi walaupun dibungkus dengan ‘dalil-dalil agama’ versi mereka, bukan
dalil-dalil agama yang difatwakan oleh jumhur ulama umat Islam dunia.
Bagaimana bisa dibiarkan begitu saja sepak terjang
kaum Wahabi yang merupakan kelompok sangat minoritas dari umat Islam secara
keseluruhan ini untuk mengobok-obok warisan peradaban Islam tanpa izin atau
musyawarah dulu dengan mayoritas umat Islam dunia ?
Inilah yang akhirnya terjadi ketika orang-orang Arab
Badui Nejed menguasai tanah suci Mekah-Madinah setelah berhasil memberontak
dari Kekhilafahan Usmani (Ottoman Empire). Pemberontakan yang disokong Inggris
ini akhirnya berujung pembentukan negara baru yang bernama Kerajaan Saudi
Arabia yang wilayahnya meliputi kawasan Hijaz dan sekitarnya, termasuk dua
tanah suci Mekah dan Madinah. Kaum Quraisy yang penduduk asli Mekah pun
lama-kelamaan kian tersingkir. Bahkan bani Hasyim juga telah dipaksa bermigrasi
ke Yordania (dengan skenario Inggris).
Kini Mekah dan Madinah sudah tak sama lagi dengan
Mekah dan Madinah yang kita baca di buku-buku sejarah Islam. Suasana sakralnya
makin tergerus oleh suasana hedonisme ala Amerika.
Situs Peninggalan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam yang telah berubah fungsi mengikuti rencana Illuminati dalam
menghilangkan perasaan patriotisme umat Islam sebagaimana ditulis oleh Doc
Marquis dalam "The (Decoded) Illuminati's Protocols of the Learned Elders
of Zion", Bab 25, hal.102.
Gambar: http://najd2.wordpress.com
Dulu ketika kaum pemberontak Wahabi Nejed ini
berhasil menguasai kota suci Mekah dan Madinah setelah mengalahkan pasukan
pemerintah Khilafah Usmani, maka para ulama di Nusantara ini pun segera
merespons dengan pembentukan ‘Komisi Hijaz’. Respons ini karena para
pemberontak Wahabi tersebut telah mulai melakukan perusakan dan penghancuran
situs-situs sejarah Islam yang mereka temui di kedua kota suci tersebut.
Namun lama-kelamaan karena kerajaan Wahabi Saudi
Arabia ini makin eksis (apalagi dengan dukungan penuh dari Amerika dan Inggris)
maka respons tersebut kian kendur. Dan tak terasa sudah sekitar 300 situs
sejarah peradaban Islam yang mereka hancurkan.
Akankah ini dibiarkan terus oleh mayoritas umat Islam dunia ?
Seluruh situs sejarah Islam di kedua kota suci
tersebut adalah milik umat Islam sedunia. Dan kaum Wahabi yang sekarang
menduduki kedua kota suci itu sama sekali tak punya hak untuk mengacak-acaknya
seenak perut mereka.
Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang
sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai
dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan
berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan,
diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul
Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam
karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain. Nama Aliran Wahabi ini diambil
dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H /
1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari
satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah
Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H/1713 M, dia
terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja
sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi
Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil
mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah
dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target
program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan
sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah
seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan
guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan
sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk
berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar.
Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus
padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama besar dari
madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul
Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di
Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi
nasehat: “Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah
lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini
bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka
ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa
memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap
kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’zham (kelompok
mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok
terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan
kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.”
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah
sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman: “Dan barang siapa
yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan
kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali.” (QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad
bin Abdul Wahab, adalahasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru
berbalik mengkafirkan kaum mus mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan
tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang
disampaikan ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur
serta maulid, ditolak tanpa allimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk
guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada
Muhammad bin Abdul Wahab, “Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka
pada bulan Ramadhan?” Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah
membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan
sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan”
Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu persen
pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah
tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa
hanya pengikutmu saja yang muslim.” Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun
terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak
menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus
menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan
agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah
penguasa Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H/1765 M) pendiri
dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara
penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud
sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh
untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan
keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih,
dan membunuh orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah
nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah
Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali
ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar,
sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang
ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya
kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik,
begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama
besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima
menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh. Muhammad bin Abdul
Wahab juga sering merendahkan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan
dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di
hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata: “Tongkatku ini masih
lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular,
sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali.
Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di
hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas.
Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam
masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan
sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas
menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang
Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut
dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian,
mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan,
menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Masjid Nabawi Tempo Doeloe
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka
masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat
dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat
kelahiran Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, tempat kelahiran
Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid
Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat
kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang.
Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur
kaum salihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II,
penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang
bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada
1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada
awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi.
Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah,
memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak
itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa
ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar
AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia
Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok
ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang
sudah mapan.
Masjid Nabawi Sekarang
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah
meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi Shallallahu
'Alaihi wa Sallam yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud
(Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan
dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi Shallallahu
'Alaihi wa Sallam dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah
dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena
gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum
Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati
nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dimakamkan juga akan
dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka
orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh
rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim
akan digeser tapi karena banyak yang menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah
akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja
bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan
tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir.
Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah
Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya
dilahirkan serta Khadijah meninggal.
Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan
Wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang
situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada
bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut
mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada
lokasi bangunan berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara
tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.
“Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian
bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,” katanya
kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah
dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar
bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932.
Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan
Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, “Pelestarian
bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan
berhala.” (Mirip Masonic bukan?)
Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang
sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam
sejak masa Ar-Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Semua jejak jerih
payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya mereka malah
mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya
ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik
yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian
dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan
kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti
sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.
Gerakan Wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang
radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh
keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan
dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid’ah. Itulah ucapan yang
selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para
ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka
menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan
dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.
Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih
kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah
meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah Wahabi-wahabi itu
meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang
kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka
dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika bukan karena Rahmat Allah yang
mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke negeri kita ini, tentu
orang-orang yang menjadi corong kaum Wahabi itu masih berada dalam kepercayaan
animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka
mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku
sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka.
Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan
orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang
dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri
dari para ulama yang shaleh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka
bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805.
Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid’ah, padahal bukankah nama
Saudi sendiri adalah suatu nama bid’ah” Karena nama negeri Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung
faham wahabi yaitu As-Sa’ud.
Sungguh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah
memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini
merupakan tanda kenabian beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam
memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah
shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan
lainnya. Diantaranya: “Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya
dari arah sana,” sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam
Kitabul Fitan)
“Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang
membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai
ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya,
mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali
ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul).” (HR Bukhari no 7123,
Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud,
dan Ibnu Hibban
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah
berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” Para
sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: “Ya Allah,
berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” dan pada yang ketiga kalinya
beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallambersabda: “Di sana (Najed) akan ada
keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan.” Dalam
riwayat lain dua tanduk syaitan.
Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa
tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang
jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah
memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka yang
mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul.
Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya.
Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: “Tidak perlu
kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup
ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu
sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur
(gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian.”
Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad
menyebutkan dalam kitabnya Jala’uzh Zholam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: “Akan
keluar di abad kedua belas (setelah hijrah) nanti di lembah BANY HANIFAH
seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu
menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka
menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan
darah kaum muslimin” AI-Hadits
.
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin
Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang
tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mengisyaratkan bahwa akan ada
keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah
Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab. Pendiri ajaran Wahabiyah
ini meninggal tahun 1206 H/ 1792 M.
Diambil dari rubrik Bayan, majalah bulanan Cahaya
Nabawiy No. 33 Th. III Sya’ban 1426 H / September 2005 M